Menelaah Makna Mukadimah PSHT


MENELAAH MAKNA MUKADIMAH
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE



          Bahwa sesungguhnya hakekat hidup ini berkembang menurutkodrat iramanya masing-masing, menuju kesempurnaan. Demikian pun kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, hendak menuju keabadian kembali kepada Causa Prima, titik tolak segala sesuatu yang ada, melalui tingkat ke tingkat, namun tidak semua insan menyadari bahwa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap dilubuk hati sanubarinya.

          Mencermati mukadimah atau preambole Setia Hati Terate, sesungguhnya kita dibawa pada satu perenungan hakikat hidup manusia seutuhnya. Manusia yang tidak hanya terjebak pada konteks material. Tapi juga imaterial, dalam bahasa yang lebih sederhana, sosok manusia secara lahiriah dan batiniah.


          Sejenak mari kita hayati dalam mukadimah Setia Hati Terate alenia pertama, setelah kita diajak merenung makna keberadaan diri bahwa sesungguhnya hakekat hidup ini berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan, kita dihadapkan pada misteri azali, berupa tujuan akhir laku dalam kehidupan ini. Yakni, "hendak menuju keabadian kembali kepada Causa Prima". Dzat yang berwenang atas hukum timbal balik. Yang awal dan yang akhir. Pendekatan religius, dzat ini lebih dikenal dengan sebutan Allah, Tuhan, Sang Hyang Wenang, atau juga Kang Murbeng Dumadi.

           Melihat konteksnya, jelas apa yang ingin dicapai ilmu Setia Hati, adalah kesadaran luhur melalui sebuah menyikapan perilaku hidup atau lebih dikenal sebagai budi. Maknanya dalam penjabaran keilmuan, kata luhur dan budi ini dijadikan sebuah tujuan Setia Hati Terate. Yaitu membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan yang kekal abadi.

          Alenia pertama, preambole atau pembukaan AD/ART Setia Hati Terate, sesungguhnya menggiring kesadaran kita pada pemahaman tentang hakikat hidup. Semuanya itu secara alami berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju pada kesempurnaan. Manusia lebih komplit dan lebih unik lagi. Karena di dalamnya ada jiwa ada rasa.

 Kita diajak mengenal diri sendiri sebaik-baiknya. Kalau sudah mengenal diri sendiri, akan mengenal Allah. Melalui perenungan, apa yang ditangkap dengan mata, telinga, hati direnungkan, difikirkan, untuk medapatkan pemahaman dan kesadaran didalamnya. 

          Manusia dengan melihat kepada diri sendiri baik fisik atau segala yang berada pada dirinya. Misalnya, kita bisa bergerak, melihat, mendengar, berfikir, menganalisa dan merasakan, terus timbul suatu keyakinan. Ini aneh bin unik, satu sosok makhluk yang bisa berbuat seperti itu.


          Jika kita mau merenunginya, akan muncul sebuah pertanyaan, siapa sebenarnya yang mampu menciptakan makhluk seperti itu. Pertanyaan itu akan sampai pada sebuah jawaban, pasti yang menciptakan sebuah Dzat yang maha luar biasa. Kemudian kita lantas menyebutnya sebagai Tuhan, melalui orang tua masing-masing. Ini antara lain penjabaran ringkas alenia pertama dan kedua. 

          Sesungguhnya titik tolak apa yang menjadi semua aktivitas manusia, berasal dari hati. Karena kita dipengaruhi suasana, situasi dan kondisi dilingkungan, maka kita jadi bingung. Sebenarnya apa yang hendak kita capai ketika hidup dibumi ini. Dalam hal ini, Setia Hati Terate mengajarkan, jika kita berhadapan pada kebingungan esensil seperti ini, hendaknya kembali kepada diri. Dengan jalan bagaimana ?, mencoba, menyibak darimana niat tujuan mulia itu bermula. Yakni, menyibak tabir/tirai selubung hati nurani dimana "Sang Mutiara Hidup" bertahta.

          Tabir yang dimaksud atau hijab itu ada karena ada keinginan nafsu yang tidak terkendali. Yang mengakibatkan hati tidak bersih. Kenapa, karena dalam mengejar sesuatu, secara tidak sadar nafsu kita saling berlomba. Tinggal siapa nanti yang berhasil menang. Karena yang bicara nafsu, maka tujuan yang dicapai, "menuju kesempurnaan" sebagaimana tertulis pada alenia pertama, jadi kabur. Kita lupa, tujuan akhir kita sesungguhnya adalah hendak menuju keabadian kembali kepada Causa Prima, titik tolak segala sesuatu yang ada. 

          Alenia kedua berbunyi : Bahwa Setia Hati sadar dan mengakui hakiki itu dan akan mengajak serta para Warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana Sang Mutiara Hidup Bertahta.

          Dari alenia kedua ini kita bisa mengambil penafsiran sementara bahwa ilmu Setia Hati itu merupakan sebuah ilmu yang ditularkan dan diyakini secara pribadi/individual. Konteksnya adalah hati, rasa. Sebab, apa yang hendak ditularkan ini adalah sebuah ilmu ghaib, yang hanya bisa diterima oleh rasa, hati, sanubari atau juga nurani. 

          Jika kontek ini diarahkan pada lambang Setia Hati Terate, maka sesungguhnya bukan hatinya yang bersinar. Tapi hati yang suci, bersih, tidak ternoda itulah yang mampu memantulkan sinar kasih. Sinar timbal balik yakni bias sinar yang bisa melihat segala sesuatu yang ada disekitarnya dengan jelas, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Seperti bisa membedakan mana yang benar dan salah. Atau kata yang lebih ringkas adalah menerima kesadaran. Jika sudah pada tingkat itu, kita bisa menyebut orang bisa menemukan kesadaran tersebut adalah orang yang mendapatkan hidayah atau orang yang mendapatkan pencerahan.

          Mencapai itu semua, Setia Hati Terate memberi pelajaran ditingkat pertama adalah melalui Pencak Silat atau berlatih Pencak Silat. Pencak Silat disini sebagai awal pembuka ilmu, mengarah kepada pembentukan kepribadian Setia Hati. Dengan kata lain, yang dibentuk dulu adalah raganya/jasadnya/wadahnya. Tujuannya agar wadah atau raga yang dibentuk jadi sosok wadah berkualitas kuat, kokoh dan tidak ringkih. Istilah paling popular adalah "mensana in corporesano" (dalam raga yang kuat tersembunyi jiwa yang kuat).

          Selain itu di dalam pelajaran Pencak Silat ada target - target yang akan dicapai. Antara lain, niat yang kuat, keberanian, disiplin dan kebersamaan. Sisi lain yang hendak diformat adalah olah akal, intropeksi, ngemong dan wani ngalah.


          Target pembentukan kepribadian ini dicapai dengan sistem pembelajaran melalui tingkat ke tingkat atau grade. Misalnya, kebersamaan atau penekanan persaudaraan atau rasa kekeluargaan diberikan pada tingkat polos. Kemudian olah akal diberikan pada tingkat jambon. Makanya, jurusnya juga sudah diwarnai jurus ales atau hindaran. Intropeksi diberikan pada tataran tingkat hijau, dan ngemong atau merendahkan diri dikembangkan ditingkat putih.

          Dari pelajaran ini, diharapkan akan menumbuhkan sifat atau watak berani (kendel), disiplin, jiwa sosial, cerdas, intropeksi, bijaksana dan sifat ngemong. Arahnya, mampu mendukung pencapaian pembangunan mental pribadi.

          Kalimat selanjutnya, beritikan seni olah raga yang mengandung unsur - unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan dan kebahagiaan serta kebenaran terhadap setiap penyerang.

          Sampai pada alenia ini, pemahaman kita harus cermat. Sebab, Pencak Silat didalamnya terdapat seni olah raga yang mengandung unsur pembelaan diri. Selain ber-unsur pembelaan diri, Pencak Silat juga mengandung daya perusak, daya serang cukup dahsyat. Karena itu Setia Hati Terate perlu mengendalikan Warga-nya pada sebuah keadaan, bahwa Pencak Silat yang diajarkan itu bertitik tolak pada upaya pembelaan diri. Bukan untuk keperluan menyerang.

          Itulah sedikit wawasan mengenai "Menelaah Makna Mukadimah PSHT" yang dapat saya bagikan untuk Saudara dimanapun berada. Silahkan dapat Saudara bagikan kepada yang lainnya sekedar untuk berbagi dan menambah wawasan. Sekian ..... dan terimakasih .....

Salam Persaudaraan ..... 


ARTIKEL POPULER

Makna Tingkatan Sabuk PSHT

Pepacuh Anggota PSHT

Materi Ke-SH-an

Arti Pembukaan Persaudaraan Setia Hati Terate

Makna Pakaian PSHT

Makna Hati Putih Bertepi Warna Merah pada Lambang PSHT

Janji Setia Anggota PSHT

Mukadimah Persaudaraan Setia Hati Terate

Makna Bunga Terate pada Lambang PSHT

Materi Pembinaan Fisik PSHT