ORA SELAK KARO BATINE
ORA SELAK KARO BATINE
"Ora Selak Karo Batine" yang artinya "Tidak Bertentangan Dengan Hatinya". Merupakan ungkapan Bahasa Jawa yang mengandung pitutur atau nasehat para sesepuh atau orang tua yang mengingatkan kita yang intinya agar diri kita tidak mengingkari apa yg sudah diucapkan dan diperbuat yang sudah menjadi keyakinan dalam hati kita.
Kalimat "Ora Selak Karo Batine" sering sekali digunakan atau diungkapkan oleh para senior atau sesepuh SH Terate khususnya dalam menyampaikan pitutur atau nasehat pada yunior ataupun siswa dalam acara sarasehan temu kadhang ataupun Ke-SH-an siswa disela-sela latihan.
Sungguh merupakan suatu kekuatan terbesar dalam diri pribadi seorang insan SH Terate bukanlah terletak pada fisik atau kemampuannya mengolah otak atau fikirannya, namun sesungguhnya kekuatan tersebut adalah terletak di dalam hati sanubarinya.
Setiap insan pada hakikatnya dilahirkan dengan hati yang putih, bersih dan dan suci. Maka dengan hatilah yang dapat membuat setiap insan menjadi tau mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus diperbuat dan mana yang harus dihindari, dan seterusnya.
Seburuk apapun prilaku seseorang walaupun itu hanya sedikit, hatinya akan selalu menolak dan berkata tidak ketika orang tersebut melakukan suatu keburukan. Akan tetapi, jika keburukan tersebut tetap dilakukannya, maka bukan berarti hatinya yang kotor, melainkan diri pribadi orangnya itu sendiri yang tidak dapat menjaga hatinya dan yang pada akhirnya orang tersebut hanya diperbudak dan mengikuti hawa nafsunya tanpa mendengarkan apa kata hatinya, dan inilah sesungguhnya yang dikatakan seseorang yang "Selak Karo Batine" yakni apa yang diperbuatya adalah bertolak belakang dengan hatinya atau tidak sesuai dengan kata hatinya.
Salah satu contoh ajaran yang kita pelajari di SH Terate adalah tentang "Persaudaraan", dan ini adalah merupakan ajaran yang paling utama yang di ajarkan di SH Terate. Jika insan SH Terate masih menjelekan nama sudaranya, bahkan sampai menyakiti perasaannya dan lebih dari itu, sampai menganiyaya saudaranya sendiri. Lantas dimana letak ajaran "Persaudaraan" yang selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun yang saudara pelajari di SH Terate ?
Ini adalah contoh bahwa insan/pendekar SH Terate tersebut belum bisa memahami makna dari Persaudaraan tersebut, apalagi untuk menerapkannya. Bukankah dikatakan bahwa "sesama muslim itu adalah bersaudara, bahkan yang bukan sesama muslim pun bisa menjadi sudara". Contohnya (kita tidak mengenal siapa orang itu, siapa nama orang itu, dan berasal dari mana orang itu), namun akan tetapi apabila orang itu muslim, berati dia adalah saudaramu.
Di SH Terate diajarkan tentang Persaudaraan sejak dini, kemudian masih satu muslim dan lebih dari itu, sesama insan/saudara SH Terate adalah "sedulur tunggal ketcer". Namun jika di antara sesama insan/Pendekar SH Terate masih saling mencaci, melakukan intimidasi, menjelekkan , mengejek dan bahkan menyakiti. Lantas dimana nilai-nilai Persaudaraan itu ?
Lantas dimana ajaran budi pekerti luhur itu?, Dimana ajaran tahu benar dan salah itu ?, Dimana janji/sumpah yang pernah diucapkan waktu Pengesahan dulu. Mari kita kembali sejenak untuk bermuhasabah/instrokpesi diri untuk hal itu.
Oleh karena itu, kita sebagai insan SH Terate yang sudah dibekali ajaran agar menjadi insan yang berbudi pekerti luhur, tahu benar dan salah, harus terus menggali/menuntut ilmu kepada yang lebih tau (senior/sesepuh) tentang ilmu yang ada di SH Terate. Agar apa yang telah kita pelajari tidaklah setengah-setengah dan salah kaprah. Hal itulah agar diri kita sebagai insan SH Terate mampu menjaga dan mengikuti apa kata hati kita, sehingga dengan begitu insan SH Terate akan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
SH (Setia Hati) adalah satu. Satu antara hati, fikiran, ucapan dan perbuatan yang setidaknya dapat dijalankan dengan selaras. Apabila Hati, fikiran, ucapan dan perbuatan belum dapat dijalankan dengan selaras dan seirama (bertolak belakang), maka apakah kita patut untuk disebut sebagai insan Setia Hati yang setia pada Hatinya ?
Kita mengakui bahwa diri kita adalah insan/pendekar Setia Hati, namun diri kita masih belum bisa memahami makna Setia Hati yang sebenarnya, tentunya akan sulit untuk dapat menerapkan makna dari Setia Hati tersebut. Jika diri kita bercermin pada hati atau introspeksi, lantas timbulah pertanyaan dalam hati pribadi "Apakah pantas diri ini untuk menyandang sebagai insan/pendekar Setia Hati ???. Tentunya hal ini masih sangat jauh ibarat "api jauh dari panggangnya" (masih jauh dari harapan yang sebenarnya) apa yang di cita-citakan atau yang diharapkan dari yang telah diajarkan di Persaudaraan Setia Hati Terate, yakni menjadi "manusia yang berbudi pekerti luhur, tau benar dan salah".
Inilah sedikit coretan yang dapat saya tuangkan, semoga dapat menjadi catatan sebagai pengingat diri pribadi saya khususnya dan dulur Warga Setia Hati Terate umumnya. Teruslah berupaya semaksimal mungkin walaupun masih jauh dari harapan yang sebenarnya agar diri kita bisa menjadi insan/pendekar Setia Hati Terate yang seutuhnya yakni menjadi insan Setia Hati Terate yang sebenar-sebenarnya Setia Pada Hatinya. Sekian, mohon ma'af atas segala kekurangan dan semoga dapat bermanfaat.....
Salam Persaudaraan....
Comments
Post a Comment
👤 Komentator :
☑ Silahkan berkomentar dengan bijak dan sopan.
☑ Tidak menautkan link hidup dalam komentar.
☑ Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.
☑ Salam Persaudaraan.